Langsung ke konten utama

Ambon Manise Day 2


Assalamu’alaikum..

Itinerary hari ke dua di Ambon saya memilih yang sejalur hal ini bertujuan untuk memudahkan perjalanan dan menghemat waktu. Maklum hari ini adalah hari terakhir saya mengeksplore Ambon karena esok hari saya harus terbang ke pulau Kei. Adapun itinerary nya adalah :
  • Benteng Amsterdam
  • Pantai Lubang Buaya Morella
  • Pantai Liang
  • Pantai Natsepa 
Perjalanan menuju Benteng Amsterdam, saya melewati jembatan Merah Putih yang berdiri kokoh membentang di atas teluk Ambon. Jembatan ini mempunyai kelebihan tersendiri yaitu pemandangan yang bisa kita lihat kala kita melintasinya. Kecantikan alam disekelilingnya membuat mata sangat dimanjakan.

jembatan Merah Putih

Benteng Amsterdam
Benteng ini terletak di perbatasan Hila dan Kaitetu dan bangunannya berada persis di tepi laut. Menurut sejarah yang tertulis di pintu masuk, benteng ini dahulunya dijadikan sebagai tempat menyimpan aneka rempah saat Portugis masuk ke Ambon yang kemudian berubah menjadi tempat tinggal sekaligus pertahanan saat Belanda masuk. Saat ini benteng Amsterdam merupakan cagar budaya. Dari luar nampak jelas dinding benteng yang tinggi dan putih seakan menggambarkan bahwa ia adalah saksi bisu perjalanan Ambon selama ini. Bangunannya terdiri dari tiga lantai namun saya hanya mampu menaikinya sampai lantai ke dua. Pemandangan yang terlihat dari lantai dua adalah hamparan luas laut biru. 

 

Fyi, waktu yang dibutuhkan untuk sampai di benteng Amsterdam ini kurang lebih 1 jam dari kota Ambon. Sewaktu saya hendak meninggalkan benteng ini, suami saya diminta mengisi buku tamu dan memberi semacam sumbangan atau bisa jadi tiket masuk benteng dengan nominal seikhlasnya alias tidak dipatok.

Pantai Lubang Buaya Morella
Pantai ini tidak jauh dari benteng Amsterdam. Sekitar 45 menit perjalanan dengan mobil sudah bisa sampai di pantai Lubang Buaya ini. Tidak seperti pantai pada umumnya yang memiliki pasir yang membentang sebagai garis pantai, pantai Lubang Buaya memiliki batuan dipinggirnya dan langsung laut. Air yang jernih menjadi daya tariknya. Tak heran banyak semacam warung yang membangun bangunannya di atas pantai ini. 

 
bening airnya

Ada beberapa titik lokasi yang bisa disinggahi, namun saya memilih yang paling pertama kami jumpai. Untuk masuk ke dalam lokasi ini dikenai biaya masuk sebesar Rp 5.000, ini belum termasuk biaya masuk warung yang nantinya kita singgahi ya. Ada beberapa warung dan silahkan pilih yang menurut kalian dirasa pas baik view dan kebersihannya. Fyi, di warung ini kita bisa meminjam alat snorkling loo seperti kaca mata dan rompi pelampung. 



Adapun harga sewanya yaitu untuk kaca mata Rp 15.000 dan untuk rompi pelampung Rp 25.000 dengan tiket masuk atau sewa tempat warung Rp 10.000/orang. Sehingga total yang kami keluarkan saat itu adalah Rp 100.000,-. Disini pun boleh membawa makanan dari luar. Setelah merasa cukup bersnorkling ria melihat jernihnya air dan biota-biota yang ada di dalamnya kami pun mandi dan segera melanjutkan perjalan.

Pantai Liang
Lagi-lagi jarak antar semua tempat yang telah saya sebutkan di atas merupakan satu garis dan searah yang tidak memakan waktu


lama perjalanan dari satu tempat ke tempat selanjutnya. Pantai Liang, pantai yang memiliki pasir putih ini banyak dikunjungi baik wisatawan maupun penduduk asli Ambon. 

Htm pantai Liang ini sebesar Rp 6.000,- per orang cukup murah kan. Saat saya sampai sudah banyak sekali orang disana tapi saya masih bisa merasakan keindahan pantai ini ko. Sambil minum air kelapa muda ditambah angin sepoi-sepoi membuat saya enggan beranjak hehe.

syegerrr :)

Pantai Natsepa
Inilah pantai yang menjadi salah satu faktor mengapa saya ingin sekali mengunjungi kota Ambon. Pantai Natsepa mungkin merupakan kenangan terdalam saya akannya. Walau saya belum pernah mengunjungi pantai ini sebelumnya namun kata Pantai Natsepa sudah melekat dan tak asing di telinga saya dari saya kecil. Ya, almarhumah ibu saya yang selalu menceritakan kecantikan pantai ini. Beliau sering bercerita bagaimana dahulu saat masih tinggal di Ambon, beliau sering sekali menghabiskan akhir pekan di pantai ini. 

Saya ingin menikmati sunset di pantai ini sambil mengingat-ingat kenangan bersama ibu
saya dan ceritanya. Mungkin benar apa yang ibu saya bilang bahwa ini pantai primadonanya Ambon terbukti banyak sekali orang yang mengunjunginya. Selain bisa berenang atau sekedar bermain air ternyata di pantai ini kita bisa menikmati sepiring rujak buah khas Natsepa. Dengan bumbu kacang yang manis pedas dipadukan dengan buah yang asam dan manis sungguh melengkapi rasa bahagia ini. 

Sunset pun mulai terlihat, lirih ku berbisik “ma, tia sudah sampai Natsepa nih” di tengah suara deburan ombak. 

sunset pantai Natsepa

Haripun gelap, tak ingin beranjak tapi tetap harus ke hotel untuk beristirahat karena besok saya akan berangkat pag-pagi menuju sebuah pulau yang tak kalah cantik. 

Malam itu saya dan suami memutuskan untuk menginap semalam di The Natsepa Resort & Confference Center dan bersantap di Mollucas Restaurant. Sedikit review mengenai hotel ini, menurut saya hotel ini sangat bagus dan baik pelayanannya. Kamarnya pun bersih dan rapi walau termasuk kategori dengan desain lama. Saat berada di hotel ini saya merasa sedang di Bali dan homey sekali. Pemandangannya pun sangat cantik dengan langsung menghadap laut. 

pemandangan dari balkon kamar

Untuk menu sarapan pun beraneka ragam dan semuanya enak. Benar-benar pengalaman yang menarik dan tak bisa dilupakan. Lagi-lagi saya memesannya melalui aplikasi Traveloka. Terima kasih The Natsepa Resort & Confference Center atas pelayanannya. Semoga semakin sukses.


The Natsepa Resort & Confference Center

baca juga Ambon Manise Day 1

tiara



Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

NEGRO BRAND - kembalikan rasa yang dulu

Sabtu, 23 Januari 2016 di kota kembang. Pagi yang cukup dingin dan langit yang mendung cocok untuk menelusuri beberapa icon-icon kota Bandung. Ya benar dimana lagi kalau bukan alun-alun bandung. Disana ada Masjid Raya Bandung dengan rumput sintetisnya sehingga nampak hijau seluas mata memandang, gedung Merdeka, dll. Fokus saya bukan untuk menceritakan tempat-tempat tersebut. Namun, ada satu tempat yang membuat saya rindu untuk datang ke Bandung karena mengingatkan masa kecil saya bersama almarhumah mami (red nenek) dan mama.    Sebuah bangunan atau rumah bergaya Belanda yang tampak mungil dari halaman namun luas setelah kita masuk ke dalamnya. Tak banyak aksesoris mentereng di rumah ini. Sungguh biasa saja. Tempat itu adalah toko selai langganan nenek dan mama saya. Usaha kos-kosan untuk mahasiswa ITB (karena rumah nenek disekitar ITB) yang membuat beliau harus berlangganan di toko selai ini. Dulu anak kost tidak makan sendiri di luar seperti sekarang. Dulu semua disediakan si

Fiori bnb - Hotel Bertabur Bunga

Bandung, siapa yang tidak tahu kota ini. Paris Van Java sebutan kerennya selain Kota Kembang yang memang lebih dulu julukan itu disematkan. Udara yang sejuk, tempat wisata instagramable dan cafe-cafe unik menjadi beberapa daya tarik yang tak dapat dipungkiri menjadi alasan bagi wisatawan untuk mengunjungi kota ini. Jaraknya yang tidak terlalu jauh dari Ibu Kota membuat Bandung menjadi salah satu destinasi yang paling digandrungi. Macet? ahh sudahlah bisa disiasati dengan menggunakan moda transportasi kereta api yang makin hari makin baik pelayanannya. Namun, bagaimana untuk penginapan atau hotel?. Ini juga sudah tidak perlu dikhawatirkan lagi oleh para wisatawan. Berjamurnya penginapan di Bandung mulai harga yang murah sampai yang sangat mahal per malam nya. Mulai dari guest house sampai hotel berbintang lima pun ada di Bandung.   Kembali kepada kebutuhan kita saja dan   Bandung bagian mana yang ingin dituju. Hal ini sungguh perlu dipertimbangkan, selain menghemat waktu karena Ban

Kala Bosan Melanda Bagi Istri Rumah Tangga

  Pernah mengalami rasa bosan?. Saya rasa setiap orang pernah merasakannya. Jika kalian dilanda kebosanan juga, tenang anda tidak sendiri dan anda bukan orang aneh. Melakukan aktivitas yang monoton atau sendirian saja di rumah pasti akan dilanda rasa bosan. Saya termasuk salah satunya. Ya, berada sendirian di rumah saat suami bekerja membuat saya cepat bosan, merasa malas untuk melakukan apapun. Sehingga jika weekend atau hari libur menjelang berakhir saya mulai merasa sedih karena saya harus berpikir akan melakukan apa selama lima hari ke depan hmm. Sampai saya berpikir duh kok hidup gini-gini aja ya. Saya memang istri rumah tangga begitu saya lebih senang menyebutnya karena saya belum memiliki anak (mohon doanya ya) dan memutuskan untuk bekerja di rumah.                                    Namun saat kebosanan melanda saya berusaha mengisinya dengan aktivitas-aktivitas yang bisa mengusir kebosanan tersebut. Saya tak ingin bilang mengalihkan karena saya merasa kita hanya mengenyampin